JADWAL
KEGIATAN SEHARI-HARI SANG BUDDHA
Kegiatan sehari-hari Sang Buddha
adalah sebagai berikut :
WAKTU/PUKUL
|
KETERANGAN
|
04.00
|
Bangun tidur
|
Mandi
|
|
Bermeditasi
|
|
05.00
|
Sang Buddha melihat dengan mata dewa ke
seluruh dunia barangkali ada orang yang membutuhkan pertolongan
|
06.00 ber
|
Berpindapata
atau mengunjungi orang yang memerlukan pertolongan Beliau
|
12.00
– 18.00
|
Menjawab
pertanyaan dari para Bhikkhu
|
Melihat
dengan mata dewa ke seluruh dunia barangkali ada makhluk yang membutuhkan
pertolongan
|
|
Membabarkan
Dhamma
|
|
18.00
– 22.00
|
Mandi
|
Membabarkan
Dhamma dan memberi nasihat kepada para Bhikkhu dan umat-Nya
|
|
22.00
– 02.00
|
Membabarkan
Dhamma yang khusus ditujukan untuk para dewa
|
02.00
– 03.00
|
Berjalan
mondar-mandir sambil menghirup udara segar
|
03.00
– 04.00
|
Tidur
|
Begitu
seterusnya setiap harinya
|
45
TAHUN MEMBABARKAN DHAMMA
Tahun
ke-1
Setelah memperoleh Penerangan Agung, Sang
Buddha menjalankan vassa (istirahat musim hujan ) di Isipatana.
Tahun
ke-2
Sang Buddha menjalankan vassa di
Veluvana, Rajagaha
Tahun
ke-3
Atas permintaan Raja Suddhodana, Sang
Buddha kembali ke Kapilavatthu. Di Nigrodharama, untuk pertama kalinya Sang
Buddha memperlihatkan kekuatan gaib-Nya yang disebut Yamakapatihariya yaitu
“Mukjizat Ganda” yang hanya dapat dilakukan oleh seorang Buddha. Hal ini
dilakukan untuk meyakinkan keluarganya dan orang Sakya lain bahwa memang benar
telah mencapai tingkat Buddha
Dalam perjalanan kekmbali dari
Kapilavatthu ke Rajagaha Sang Buddha bertemu dengan Anathapindikan dan
menyetujui untuk menjalankan vassa yang akan datang di Savatthi.
Tahun
ke-4
Sang buddha ber-vassa di Veluvana,
Rajagaha.
Tahun
ke-5
Sang Buddha ber-vassa di Kutagarasala,
Vesali. Waktu itu Raja Suddhodana sakit. Sang Buddha mengunjungi Raja di
Kapilavatthu dan memberikan khotbah Dhamma kepada ayah-Nya, setelah mendengar
khotbah tersebut Raja Suddhodana mencapai tingkat Arahat dan meninggal dunia
tujuh hari kemudian.
Sangha bhikkhuni di bawah pimpinan
Mahapajapati terbentuk di tahun ini.
Tahun
ke-6
Ber-vassa di Mankulapabbata (Lereng
Mankula). Di tahun ini Sang Buddha memperlihatkan untuk kedua kalinya
Yamakapatihariya di bawah pohon Gandamba di Savatthi, meskipun sebelumnya
beliau melarang murid-muridnya untuk memperlihatkan kekuatan gaib di depan
umum. Hanya beliau yang boleh memperlihatkan kekuatan gaib di depan umum tetapi
murid-muridnya dilarang melakukan hal-hal tersebut.
Tahun
ke-7
Sang Buddha mengunjungi Surga Tavatimsa
untuk memberikan pelajaran Abhidhamma kepada Dewa Santusita (almarhum Ratu
Mahamaya) dan para dewa lainnya selama tiga bulan dan ber-vassa di sana.
Waktu itu kemashuran Sang Buddha
mencapai titik tertinggi sehingga adanya rasa tidak senang dari golongan
pertapa karena merasa tertandingi. Sehingga muncul niat untuk menjatuhkan atau
mencemarkan nama baik Sang Buddha dengan berbagai fitnahan salah satunya adalah
dengan melalui wanita bernama Cinca manavika dan Sundari.
Tahun
ke-8
Tahun ini Beliau berada di wilayah
kaum Bhagga. Ketika diam di Bhesakalavana dekat Gunung Sumsumara, Sang Buddha
bertemu dengan Nakulapita dan istrinya yang di kehidupan yang lampau pernah
menjadi ayah dan ibu-Nya sampai limaratus kali.
Tahun
ke-9
Tahun ini Sang Buddha ber-vassa di
Kosambi
Tahun
ke-10
Di tahun ini terjadi perselisihan di
antara para bhikkhu di Kosambi. Karena letih menghadapi perselisihan yang tak
mau didamaikan, Sang Buddha ber-vassa di hutan Parileyyaka. Di hutan sang
Buddha dijaga dan dilayani oleh seekor gajah gajah yang baik hati. Sehabis
vassa Sang Buddha pergi ke Savatthi. Ketika itu para bhikkhu di Kosambi sudah
insyaf dan datang mengunjungi Sang Buddha untuk minta ampun. Mereka semua
diberi ampun dan dengan demikian perselisihan itu dapat didamaikan.
Tahun
ke-11
Tahun ini Sang Buddha berdiam di desa
Ekanala dan mentahbiskan Kasi Bharadvaja.
Sang buddha mengunjungi Bharadvaja
pada upacara menanam padi dan berdiri di dekat tempat pembagian makanan para
petani yang ikut menanam padi. Melihat Sang Buddha, Bharadvaja menegur agar
Sang Buddha pun harus ikut membajak dan menanam padi sebagaimana ia sendiri
juga turut bekerja untuk dapat makan hasilnya.
Tetapi Sang Buddha menjawab dan
menerangkan arti membajak yang sesungguhnya sesuai dengan Dhamma, yaitu dengan
kata-kata sebagai berikut :
“Keyakinan adalah bibitku, hujan
adalah tata tertibku, pandangan terang adalah bajakku disertai kayu lengkung
yang sesuai
Tahu malu adalah tiang bajakku dan
pikiran adalah talinya
Pemusatan pikiran adalah pengunjam
bajakku dan cambukku
Waspada dalam perbuatan, waspada dalam
ucapan, dan sederhana dalam makan dan minum
Aku mencabut rumput dengan kesunyataan
dan menyelesaikan tugas adalah apa yang aku selalu dambakan
Kemauan keras adalah regu penopang
bebanku yang menarik bajakku menuju pelabuhan yang aman, selalu maju dan tak
pernah mundur
Dan di tempat yang dilalui tak akan
ada lagi yang menangis, itulah caraku membajak
Buah yang akan dipetik adalah makanan
abadi
Siapa saja yang melaksanakan cara
membajak seperti ini akan terbebas dari penderitaan dan kesedihan.”
Dan tidak lama kemudian ia menjadi
bhikkhu dan berhasil mencapai tingkat arahat.
Tahun
ke-12
Ber-vassa di Veranja atas permohonan
seorang Brahmana bernama Veranja. Ketika itu berjangkit kekurangan makanan di
tempat tersebut, sehingga Sang Buddha dan rombongannya harus makan makanan yang
disediakan oleh lima ratus orang pedagang kuda. Moggallana menawarkan diri
untuk menyediakan makanan yang layak dengan menggunakan kekuatan gaib tetapi
Sang Buddha menolaknya.
Tahun
ke-13
Tahun ini Sang Buddha ber-vassa di
Calikapabbata dan dilayani oleh seorang bhikkhu bernama Meghiya.
Tahun
ke-14
Sang Buddha ber-vassa di Jetavanarama,
Savatthi. Di tempat ini Rahula memperoleh upasampada dan menjadi bhikkhu.
Menurut Vinaya seorang hanya diperkenankan menjadi bhikkhu apabila telah
mencapai usia dua puluh tahun, dan Rahula pada waktu itu mencapai usia
tersebut.
Tahun
ke-15
Sang Buddha kembali ke Kapilavatthu
dan tahun itu mertuanya, Suppabuddha meninggal dunia. Dalam keadaan mabuk Suppabuddha
tidak mengizinkan Sang Buddha berjalan di jalanan Kapilavatthu, sebab ia masih
mempunyai perasaan dendam bahwa Sang Buddha telah menyia-nyiakan putrinya.
Tahun
ke-16
Kejadian penting selama Sang Buddha
diam di Alavi di tahun ini adalah penaklukan dari Yakkha Alavaka yang meneror
kota Alavi seperti yang dikisahkan dalam Samyuta nikaya (1-10).
Tahun
ke-17
Tahun ini Sang Buddha berada di
Savatthi untuk mengunjungi seorang petani miskin yang mempunyai potensi untuk
mencapai Sotapanna. Di tahun ini Sang Buddha juga mengunjungi seorang pelacur
wanita bernama Sirima yang meningal dunia. Kemudian Sang Buddha ber-vassa di
Veluvanarama, Rajagaha.
Tahun
ke-18
Di tahun ini Sang Buddha kembali ke
Alavi untuk mengunjungi anak perempuan seorang penenun. Dan setelah mendengar
uraian Dhamma dari Sang Buddha, gadis perempuan ini pada saat meninggal dunia
mencapai Sotapatti Phala. Pada tahun ini Sang Buddha juga ber-vassa di Calikapabbata.
Tahun
ke-19
Sang Buddha ber-vassa di
Calikapabbata.
Tahun
ke-20
Di tahun ini Ananda ditunjuk sebagai
pembantu tetap Sang Buddha dan selama dua puluh tahun Ananda menjadi pembantu
tetap yaitu sampai Sang Buddha Parinibbana di Kusinara. Di tahun ini pula Sang
Buddha menaklukkan seorang penyamun ganas bernama Angulimala. Di tahun ini Sang
Buddha ber-vassa di Veluvanarama, Rajagaha.
Tahun
ke-21 sampai dengan tahun ke-44
Selama tahun-tahun tersebut di atas,
tidak dapat dipastikan secara berurutan, tempat-tempat mana yang telah
dikunjungi oleh Sang Buddha dan di mana Sang Buddha ber-vassa.
Tetapi dapat diketahui bahwa delapan
belas vassa dijalankan di Jetavanarama, dan lima vassa di Pubbarama, Savatthi
sedangkan vassa ke-44 dijalankan di Beluva, sebuah desa kecil, yang terletak di
dekat Vesali.
Satu hal pasti yang dapat diketemukan
dalam sutta-sutta ialah tentang mangkatnya Raja Bimbisara, delalpan tahun
sebelum Sang Buddha sendiri mencapai Parinibbana. Ketika itulah Devadatta
dengan paksa ingin mengambil alih pimpinan Sangha dari Sang Buddha.
Tahun
ke-45
Di tahun ini Sang Buddha mangkat dan
mencapai Parinibbana di Kusinara pada saat purnama sidi di bulan Vaisak (Mei)
sebelum waktu ber-vassa.
Terima kasih untuk Dhaama yang telah saudara tulis.
ReplyDeleteSangat bermanfaat
Salam
Buddhis Media
IYA Sama sama salam metta
ReplyDelete