Wednesday, March 9, 2016

Cerita Mangkuk Emas (Serivanija – Jataka, 3)

Mangkuk Emas
(Serivanija – Jataka, 3)
Dikisahkan Bodhisattva terlahir
sebagai pedagang.
Suatu ketika, ada dua orang pedagang.
Pedagang pertama adalah pedagang yang
tamak.
Pedagang kedua adalah pedagang yang
jujur. Ia adalah seorang Bodhisattva.
Tibalah mereka di suatu kota.
Di kota itu, terdapat sebuah
keluarga miskin.
Di dalam keluarga itu, tinggal
nenek dan cucunya.
Dahulu, mereka keluarga kaya.
Kini mereka berdua hidup miskin
Mereka hanya memiliki sebuah mangkuk.
Mangkuk itu terbuat dari emas.
Tetapi, mereka tidak mengetahuinya.
Mangkuk itu merupakan warisan keluarga.
Karena lama tidak dipakai,
emasnya pun tertutup noda.

Datanglah pedagang pertama
ke rumah mereka.
Ditawarkannya mangkuk untuk dijual.
Dengan harapan dapat membeli perhiasan.
Pedagang memeriksa mangkuknya.
Ia pun tahu kalau mangkuknya dari emas.
Karena serakah dan tidak jujur,
ia pun ingin mendapatkan
mangkuk tanpa membayar.
Pedagang pura-pura melempar mangkuk.
Dengan harapan pemilik
mangkuk memberikannya.
Tidak lama kemudian, datanglah
pedagang kedua.
Ditawarkannya mangkuk
yang sudah dibuang
pedagang pertama,
dengan rasa khuatir, takut
tidak diterima.
Pedagang kedua pun memeriksa
mangkuknya.
Dengan ramah, pedagang kedua berkata;
“Ibu, mangkuk ini sangat mahal harganya.
Saya tidak punya uang untuk membelinya.”
Bagaimana mungkin mangkuk itu mahal
harganya?
Karena pedagang pertama telah
membuangnya.
Tetapi, pedagang kedua orang yang jujur.
Ia tidak menipu siapa pun.
Apalagi menipu keluarga yang tidak
mampu.
Dibayarlah mangkuk itu, sebanyak uang yang dia punya.
Ia membayar dengan uang sebanyak 500 keping saja.
Nenek dan cucunya pun riang gembira.
Karena kini ia bisa membeli perhiasan untuk cucunya.
Pedagang pertama pun tidak mendapatkan apa-apa.
Itu semua karena sifat tamak dan serakah.
Pedagang kedua memiliki banyak berkah

karena ia jujur dan tidak serakah.

Sumber: Buku SD Kelas II
Supriyadi dan Dinata, P .2014. Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti. Cetakan Ke-1. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

0 komentar:

Post a Comment