A. Pengertian, Tujuan,
Manfaat, dan Cara Puja
Bakti
1. Pengertian Puja Bakti
Sebagai umat Buddha
yang berbakti, sebaiknya setiap hari Minggu melaksanakan puja bakti/kebaktian.
Puja bakti biasanya dilaksanakan waktu pagi hari. Bila kamu pernah mengikuti puja
bakti, kamu adalah manusia yang meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa. Manusia
yang meyakini Tuhan akan menganut dan memeluk salah satu agama dan
akan melaksanakan ibadah, kebaktian atau puja bakti di tempat
ibadah mereka sesuai dengan ketentuan agama masing-masing. Puja bakti/ kebaktian,
yaitu upacara, ritual atau sembahyang yang dilakukan sebagai ungkapan keyakinan
(Saddha) terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, Buddha, Dhamma dan Sangha (TriRatna).
2. Tujuan Melaksanakan Puja
Bakti
Puja
bakti/kebaktian dalam agama Buddha dilakukan dengan cara yang berbeda-beda dan
menggunakan doa yang berbeda sesuai dengan aliran masing-masing karena agama
Buddha juga banyak aliran dan banyak sekte. Dalam kebaktian, ada yang
menggunakan bahasa Mandarin, bahasa Sanskerta, bahasa Pali, bahasa Jepang,
Tibetan, dan bahasa yang lain. Meskipun cara dan doa yang dibacakan ketika
kebaktian
berbeda-beda, namun memiliki tujuan yang sama, yaitu seperti
berikut.
a.
Menghormati dan merenungkan sifat-sifat luhur TriRatna (Buddha, Dhamma dan
Sangha)
b.
Meningkatkan keyakinan (Saddha) dengan tekad (Aditthana) terhadap TriRatna
c.
Mengembangkan empat sifat luhur (Brahma Vihara), yaitu cinta kasih,
belas kasih, simpati, dan batin seimbang
d.
Mengulang atau membaca dan merenungkan kembali
khotbah khotbah Buddha
e.
Melakukan Anumodana, yaitu membagi perbuatan baik kepada makhluk
lain
f. Berbagi kebajikan kepada
semua makhluk
Hal yang terpenting saat melakukan
puja bakti adalah pikiran bersih, penuh konsentrasi agar indra-indra terkendali
saat membaca doa untuk mengagungkan TriRatna. Paritta yang dibaca dalam puja bakti berisidoa agar semua makhluk
berbahagia.
Puja
bakti yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh penghayatan akan
bermanfaat besar, yaitu seperti berikut.
a.
Keyakinan (saddha) dan bakti kepada TriRatna akan bertambah
b.
Empat sifat luhur (brahma vihara) akan berkembang
c.
Indra (samvara) akan terkendali karena pikiran diarahkan untuk pujabakti
d.
Menimbulkan perasaan puas (Santutthi) karena telah berbuat baik
e. Menimbulkan kebahagiaan (Sukha) dan ketenangan batin.
3. Manfaat dan Tata Cara Puja Bakti
Dalam
agama Buddha, puja bakti (kebaktian) bukan hanya merupakan kewajiban bagi umat,
tetapi menjadi kebutuhan agar memetik manfaat bagi kehidupan. Manfaat yang
dapat diperoleh dari melaksanakan puja bakti antara lain.
a.
Menambah keyakinan (Saddha)
b.
Memiliki cinta kasih, belas kasihan, rasa simpatik, dan
keseimbangan batin (Brahma Vihara)
c.
Perasaan puas (Santutthi)
d.
Kedamaian (Shanti)
e. Kebahagiaan (Sukkha)
Manfaat puja bakti dapat juga untuk
melakukan penyadaran, di depan altar Buddha yakni seperti syair di bawah ini:
Syair Penyadaran Diri
Di
hadapan Buddha aku menyesali
Kesalahan
yang aku lakukan kepada mereka
Secara
tulus dan terbuka
Semoga
batinku menjadi tenteram
Jika
dengan tindakan, ucapan, dan pikiran
Orang
lain telah berbuat salah kepadaku
Aku
dengan tulus memaafkan semuanya
Di hadapan Buddha Yang Mahasempurna
Tata urutan dan cara puja bakti
disesuaikan dengan Vihara dan aliran yang dianut oleh umat yang melaksanakan
puja bakti. Tata urutan puja bakti yang sering dilakukan adalah seperti
berikut.
a. Puja bakti diawali dengan membacakan
Paritta atau Sutra.
b.
Meditasi untuk mengembangkan batin .
c.
Bhikkhu, Pandita, penceramah atau guru agama memberikan ceramah
atau cerita.
d.
Berdana (dana paramita) untuk melatih kemurahan hati .
e.
Melakukan pelimpahan jasa kepada leluhur agar para dewa dan naga
yang perkasa memberkati kita semua.
f.
Puja bakti ditutup dengan membacakan Paritta atau Sutra penutup. Makna Paritta yang dibaca ketika puja bakti adalah mengulang khotbah
Buddha, mengembangkan sifat luhur dan mendoakan agar semua makhluk berbahagia.
B. Macam-Macam Puja Bakti
1. Kebaktian Umum
Kebaktian umum adalah kebaktian yang
dilaksanakan secara bersama-sama di Vihara, Cetiya ataupun Candi. Contoh
kebaktian umum, yaitu kebaktian dewasa, usia lanjut (manula), kebaktian sekolah
minggu, dan kebaktian hari raya. Kebaktian umum dibedakan menjadi dua macam,
yaitu kebaktian yang dihadiri Bhikkhu dan kebaktian yang tidak dihadiri oleh
Bhikkhu.Permohonan tuntunan Paritta Tisarana Pancaīla (Arādhanā Tisarana Pancaīla) dibacakan agardibimbing Bhikkhu berlindung kepadaTriRatna dan tekad melaksanakan Pancasila.
Ketika Bhikkhu akan ceramah, umat membacakan Paritta permohonan ceramah (Arādhanā Dhammadesanā).
2. Kebaktian Sekolah
Kebaktian sekolah adalah kebaktian
yang dilaksanakan sebelum dan sesudah pelajaran agama Buddha dilaksanakan. Di
dalam kebaktian ini, pembacaan doa tidak mengikat dan mengikuti kebiasaan di sekolah
tersebut. Pada umumnya, sebelum pelajaran agama Buddha dimulai, siswa dan guru
membacakan Paritta Namaskara Gatha. Setelah pelajaran selesai, siswa membacakan
kembali Namaskara Gatha atau Vihara Gita Namaskara. Tujuan kebaktian di sekolah
agar para siswa lebih yakin terhadap kebenaran Dharma Buddha. Tujuan lainnya
ialah memberpengaruh batin siswa agar lebih tenang dan konsentrasi dalam belajar.
Hal yang perlu diperhatikan dalam kebaktian di sekolah adalah mempersiapkan
suasana tenang dan batin yang damai. Suasana tenang dan damai akan membuat
pembacaan Paritta
lebih hikmat.
3. Kebaktian Pribadi
Kebaktian pribadi adalah kebaktian
yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga yang biasanya dilaksanakan di rumah. Akan tetapi, terdapat
pula umat Buddha yang melaksanakan kebaktian pribadi di Vihara ataupun Cetiya.
Pengatur
jalannya puja bakti adalah pemimpin kebaktian. Dalam puja bakti, terdapat sikap
hormat yang perlu dilakukan agar lebih hikmat. Sikap hormat ketika puja bakti,
yaitu seperti berikut;
a. Bersujud (Namaskara); dengan lima titik menyentuh
lantai
b. Beranjali; dengan merangkapkan kedua
tangan di depan dada.
c.
Berjalan (Pradaksina/Padakkhina); dengan mengelilingi altar/candi searah jarum jam sebanyak
tiga kali, tangan bersikap anjali dan tanpa menggunakan alas kaki.
4. Sopan Santun di Vihara
Mengunjungi
Vihara sebaiknya menunjukkan tata krama atau sikap hormat dan sopan dengan
mematuhi peraturan di Vihara tersebut. Dengan melakukan tata krama mematuhi
peraturan di Vihara, puja bakti dapat berlangsung dengan tertib dan hikmat,
tenang dan nyaman. Tata krama yang ada di Vihara contohnya adalah seperti
berikut.
1.
Tata Krama Berpakaian
a.
Berpakaian rapi dan sopan
b.
Melepaskan alas kaki, topi maupun jaket
c.
Meletakkan alas kaki pada tempat yang disediakan
2.
Tata Krama Pikiran
a.
Pikiran bersih saat memasuki halaman Vihara
b.
Menjaga kesadaran agar pikiran tetap bersih dan suci
3.
Tata Krama Ucapan
a.
Memberi salam dengan bersikap anjali kepada Bhikkhu dan sesama umat Buddha
a.
Bersikap ramah kepada siapa saja
b.
Mengikuti puja bakti dengan tertib dan hikmat
c.
Membaca doa dan paritta dengan tenang;
4.
Tata Krama dalam Perbuatan
a.
Memasuki ruang puja bakti dengan bersikap anjali
b.
Sebelum dan setelah meninggalkan ruang puja bakti, bersujud (Namaskara) di hadapan altar Buddha
c.
Mendengarkan ceramah atau cerita dengan tenang
d.
Bermeditasi dengan tenang dan serius
e.
Bersikap sopan, tenang, tidak bercanda atau berisik, dan
tidak lari-larian
f.
Mematikan mobile phone ketika puja bakti
g.
Membuang sampah pada tempatnya
h.
Tidak makan atau minum ketika di ruang puja bakti
i.
Tidak menjulurkan kaki ke depan altar
5.
Tata Krama terhadap Bhikkhu/Bhikkhuni
a.
Menghormat dengan bersikap anjali memberi salam atau
bernamaskara
b.
Dengan sopan memanggil Bhikkhu dengan panggilan “Bhante”
a.
dan Bhiksu dengan panggilan “Suhu” atau “Sefu”
b.
Berhenti sejenak jika berpapasan dengan anggota Sangha Bangun
jika sedang duduk, dan memberi tempat duduk yang baik kepada anggota Sangha
c.
Duduk di tempat yang tidak lebih tinggi dari
Bhikkhu/Bhikkhuni
d.
Bila bicara dengan anggota Sangha yang berbeda jenis, sebaiknya
dilakukan di tempat terbuka.
RANGKUMAN
·
Sebelum melaksanakan kebaktian, batin/pikiran harus baik dan
tenang agar kebaktian berjalan dengan hikmat.
·
Kebaktian dibedakan menjadi tiga, yaitu kebaktian di Vihara,
sekolah, dan kebaktian di rumah/pribadi.
·
Saat puja bakti diwajibkan menjaga tata tertib yang telah
ditentukan Vihara.
·
Bukan hanya saat melaksanakan kebaktian saja sopan santun
harus dijaga, tetapi saat berada di mana pun kita wajib menjaga sopan santun.
Sumber:
Buku SD Kelas IV
Pujimin
dan Suyatno. 2014. Pendidikan Agama
Buddha dan Budi Pekerti. Edisi Revisi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.