Empat
Kebenaran Mulia
1.
Dukkha
Dukkha artinya ketidakpuasan. Bud¬dha
mengatakan bahwa hidup tidak bisa lepas dari sakit, sedih, dan ke¬cewa. Sakit,
sedih, dan kecewa um¬umnya disebut sebagai penderitaan. Semua itu merupakan
bentuk ketida¬kpuasan. Apakah ada di antara kalian yang tidak pernah sedih?.
Tentu ti¬dak, bukan? Ya, hal itu menandakan bahwa dukkha adalah nyata ada
ber¬sama kita. Oleh karena itu, ketika sakit datang, kita harus belajar
menerima dan tidak bersedih berlebihan.
Terdapat banyak jenis dukkha yang
dialami manusia. Namun secara umum dukkha dikelompokkan menjadi dua, yaitu
dukkha fisik dan dukkha batin. Dukkha fisik misalnya sakit gigi, sakit kulit,
luka, keseleo, terkilir, sakit perut, dan penyakit lainnya. Dukkha batin
misalnya kecewa, merasa kesal, merasa kesepian, minder, tidak percaya diri,
sedih, dan masih banyak lagi.
2.
Sebab
Dukkha
Tidak ada satu pun yang terjadi tanpa
sebab, demikian juga penderitaan. Contoh-contoh penderitaan yang dijelaskan
pada nomor satu di atas juga dapat diketahui sebabnya. Apakah kamu bisa
menemukan penyebabnya? Ya, misalnya sakit gigi karena giginya bolong. Gigi
bolong karena malas gosok gigi. Sakit kulit bisa karena malas mandi atau
mandinya tidak bersih, dan seterusnya. Lalu, bagaimana halnya dukkha batin?
Apakah dapat ditemukan sebabnya? Tentu, bisa. Untuk itu, simak cerita singkat
berikut ini. “Pada setiap perayaan tahun baru, Ani biasanya mendapat “Ang Pau”
atau persenan uang dari kedua orang tuanya. Uang persenan tersebut biasanya berjumlah
banyak. Setahun kemudian, hari yang ditunggu pun datang, yaitu perayaan tahun
baru. Adi pun mempunyai keinginan berupa harapan mendapatkan uang yang banyak
dari kedua orang tuanya. Tanpa sepengetahuan Adi, ternyata usaha orang tuanya
sedang mengal¬ami kesulitan sehingga tidak mung¬kin memberikan persenan tahun
baru seperti biasanya. Orang tua Adi hanya bisa memberikan persenan sedikit.
Tentu hal ini membuat Adi tidak puas sehingga kecewa dan sedih. Seba¬liknya
berbeda dengan Rudii yang ti¬dak pernah berharap mendapatkan ini dan itu dari
orang tuanya, sehingga Rudi pun tidak pernah merasa kecewa dan sedih ketika
orang tuanya tidak mampu memberikan persenan yang besar”.
Berdasarkan cerita di atas, Adi sedih
dan kecewa sesungguhnya bukan karena besar kecilnya persenan uang, tetapi
karena Adi mempunyai keinginan mendapatkan persenan yang besar dan keinginan
itu tidak terpenuhi. Jika Adi tidak berharap, dan ayahnya hanya mampu
memberikan pesanan yang kecil, Adi tidak akan sedih dan kecewa.
3.
Berakhirnya
Dukkha
Berakhirnya dukkha terjadi ketika munculnya
kebahagiaan. Buddha mengajarkan juga, bahwa setiap orang bisa bahagia. Apakah
kamu juga ingin hidup bahagia? Ya, ten¬tu kita semua mengiginkan hidup yang
bahagia. Akan tetapi, apakah bahagia itu? Secara umum, orang merasa bahagia
ketika keinginan¬nya terpenuhi. Terpenuhinya ke¬inginan memang menyenangkan,
misalnya merayakan ulang tahun bersama orang yang dicintai. Namun me¬miliki
keinginan yang berlebihan menyebabkan penderitaan.
Berakhirnya dukkha apabila tercapai
Nibbana. Kebahagiaan tertinggi dalam agama Buddha dinamakan Nibbana. Oleh
karena itu, Nibbana menjadi tujuan terakhir umat Buddha. Sebelum meraih
kebahagiaan tertinggi, kita juga bisa meraih kebahagiaan yang lain. Dalam kitab
suci Anguttara Nikaya, Buddha menjelaskan ada empat kebahagiaan yang bisa
diraih, yaitu bahagia karena memiliki kekayaan, bisa menikmati kekayaannya,
tidak memiliki hutang, dan memiliki perilaku yang baik.
Perilaku yang baik sesungguhnya adalah
sumber kebahagiaan yang paling penting. Berperilaku yang baik memungkinkan tiga
jenis kebahagiaan lainnya dapat tercapai. Memiliki uang dan harta, tetapi jika
perilakunya buruk, uang dan harta akan sulit dicapai. Karena bekerja di mana
pun dibutuhkan orang-orang yang baik yang bisa dipercaya. Demikian juga orang
yang perilakunya baik akan dipercaya jika dia memerlukan hutang untuk mengatasi
kesulitannya. Jadi, berhutang pun harus didukung oleh perilaku yang baik.
4.
Cara
Mengakhiri Dukkha
Cara untuk mengakhiri dukkha dan
meraih kebahagiaan (Nibbana) adalah dengan menjalani hidup den¬gan benar.
Menjalani hidup yang benar ada tiga ciri, yaitu memiliki Sila, Samadhi, dan
Panna. Memiliki Sila artinya ia mampu berucap, ber¬buat, dan bekerja yang
benar. Memi¬liki Samadhi artinya ia mampu selalu sadar dan fokus pada kebaikan
yang dilakukan. Memiliki Panna artinya ia mampu menjadi bijaksana, yaitu bisa
berpikir dan berpengertian benar.
Rajin belajar adalah contoh cara hidup
yang benar bagi seorang pelajar. Dengan rajin belajar, kesulitan bisa diatasi.
Jika rajin belajar, setiap orang bisa berprestasi. Ramah tamah dan tidak
sombong adalah cara hidup benar agar memiliki banyak teman. Menjaga kebersihan
badan serta pakaian adalah cara hidup benar agar memiliki kesehatan yang baik
dan lain sebagainya Kalian dapat menemukannya sendiri.
Rangkuman
Empat Kebenaran Mulia adalah pokok
ajaran Buddha yang dibabarkan pada kotbah-Nya yang pertama kali di Taman Rusa
Isipatana kepada Lima Orang Petapa yang disebut Dhammacakkappavattana Sutta.
Empat kebenaran tersebut dapat
diringkas menjadi dua yaitu: 1) penjelasan tentang kebahagiaan dan cara
mencapainya, 2) penjelasan tentang ketidak¬bahagiaan dan penyebabnya. Manusia
bisa berbahagia jika hidup dijalani dengan benar dengan melaksanakan Jalan
Mulia Berunsur Delapan. Manusia tidak bahagia selama hidupnya jika dia
dikuasai dan menuruti keinginannya yang didasari oleh kebodohan.
Buddha
mengajarkan tentang empat fakta hidup yang tidak bisa dibantah
dalam
Dhammacakkappavattana Sutta, yaitu:
·
Hidup
bisa bahagia
·
Ada
cara untuk bahagia
·
Fakta
bahwa hidup bisa menderita
·
Ada
sebab penderitaan
Darsani very good
ReplyDeletethanks for your info
ReplyDeleteVisit ya >>> empat kebenaran mulia
terimakasih infonya
ReplyDeleteberkunjung ya >>>
Deja vu cinta
terimakasih